Drifters

Berapakali ditonton pun tidak membosankan, begitulah kesan ketika menonton anime berjudul “Drifters” karya Kouta Hirano (2016).[1] Aksi menegangkan, pertumpahan darah (no sensor) hingga pencatutan tokoh-tokoh sejarah terkesan nyata disajikan. Sebut saja tokoh sejarah Jepang dari era perang saudara (klan) atau sebelum Restorasi Meiji (1868), saat hingga setelahnya (era Perang Dunia II). Bahkan, pelbagai tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting juga hadir yang berasal dari Rusia, Italia, Perancis, Spanyol, Amerika hingga Jerman yang secara terang-terang disebutkan bernama Adolf Hitler. Tidak mengherankan jika kita berpendapat bahwa anime “Drifters” sangat mencirikan sebuah perang tetapi dalam konteks “Battles in a Brand-new World War.” Sedih rasanya, 12 episode yang ditayangkan pun belum mampu menjawab seluruh narasi besar dari anime “Drifters” ini,
Shimazu Toyohisa (klan Satsuma) sebagai tokoh protagonis memulai cerita ketika ia terluka parah dalam Perang Sekigahara (1600) tiba-tiba memasuki ruangan penuh pintu berjejer yang dijaga oleh Murasaki yang kemudian mengirimnya ke dunia lain. Ia pun bertemu dengan Oda Nobunaga dan Nasu Suketaka Yuichi yang sama-sama disebut “drifters” di dunia tersebut. Nampaknya, pertemuan ketiganya menjadi pangkal tolak pemicu perang yang sebelumnya hanya diwarnai oleh kedua kubu saja, yaitu Kerajaan Orte yang didirikan oleh Hitler dan yang menindas manusia maupun kubu ‘Ends’ yang berusaha membangun peradaban baru para monster dengan memusnahkan umat manusia meskipun di dalam pasukannya sendiri komandannya malahan para “drifters” bukan para monster seperti naga, goblin maupun kobolt.
Kelompok Shimazu memulai serangan balik untuk menyelamatkan klan ‘elf’ (manusia berkuping panjang dan memiliki keahlian memanah) dan klan ‘dwarf’ (manusia berjanggut panjang dan memiliki keahlian pandai besi/ membuat senjata) dari penindasan Orte. Puncaknya ketika mereka yang dibantu oleh bangsawan Orte sendiri (Count-Saint Germi) dengan pasukan okama-nya melakukan kudeta. Memang berhasil, akan tetapi mendapat gangguan dari pasukan ‘Ends’ yang dipimpin oleh Hijikata Toshizou Yoshitoyo (Shinsengumi) meskipun akhirnya mundur. Tentu yang dilakukan oleh kelompok Shimazu bukan tanpa persiapan, pelbagai senjata dibuat seperti panah, pedang, pistol, maupun bubuk mesiu atas prakarsa Nobunaga. Bala bantuan juga diperoleh oleh organisasi penyihir ‘Octobrist’ yang diketuai oleh Abe no Haruakira dan masukan dari Hannibal Barca (Spanyol).
Pertanyaan kemudian, bagaimana kelanjutan perang antara pasukan Ends vs kelompok Shimazu ketika musuh bebuyutan Nobunaga dihadirkan (Akechi Mitsuhide) untuk membantu pasukan ‘Ends’? Lantas, bagaimana dengan para “drifters” lainnya seperti Scipio Africanus (Italia), Kanno Naoshi dan Laksamana Tamon (Jepang) serta duo penembak jitu “wild bunch” apakah akan bergabung dengan Shimazu? Apakah “drifters” lain dipihak ‘Ends’ akan setia seperti Jean D-Arc (Perancis), Anastasia Nikolaevna Romanova dan Rasputin (Rusia), Hijikata dan Kurou Hougan Yoshitsune (Jepang)? Namun, penulis malahan penasaran dengan dikirimnya tokoh-tokoh itu ke dunia tersebut. Terlihat dikirimnya “drifter” diiyakan oleh Murasaki sebagai orang-orang yang membawa cara pandang berbeda dalam mengubah dunia yang artinya ia berpihak kepada para “drifters” sedangkan yang berpihak kepada pasukan ‘Ends’ adalah perempuan bernama Easy. Jangan-jangan, anime ini bergenre game base lagi? Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah tunggu dulu kelanjutannya ya di 20xx? XD




[1] Kouta Hirano, Drifters, directed by Konichi Suzuki (Shōnen Gahosho’s Magazine: Tokyo MX, 2016).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kakegurui

Gangsta