Gangsta

Gangsta”,  anime yang memang diperuntukkan untuk dewasa. Bagi kita, anime berjudul “Gangsta” sudah menyiratkan sebuah cerita tentang gangster dengan tetek bengeknya. Eitss, itu memang gak salah kok. Hanya saja, dalam anime “Gangsta” lebih kompleks permasalahannya. Dari tindak kriminal berupa perampokan, prostitusi, obat terlarang, premanisme hingga yang paling inti adalah rasisme yang dipahami sebagai prasangka berdasarkan keturunan bangsa maupun perlakuan membedakan terhadap suku bangsa tertentu. Artinya, tindakan kekerasan di anime ini baik menggunakan senjata maupun kekuatan fisik sangat dibenarkan. Terlepas dari itu, “Gangsta” justru mampu menampilkan tokoh utama seorang difabel yang (maaf) tuli dengan pelbagai kekurangan lainnya yang mestinya perlu diapresiasi terlebih lagi juga menyisipkan penggunaan bahasa isyarat. Lagi-lagi, 12 episode yang ditampilkan berakhir menggantung yang tak lain memberikan kesempatan bagi mangaka-nya melanjutkan projeknya.

Kota Ergastulum, sebuah kota yang memberlakukan 3 hukum bernuansa rasis yang ditujukan kepada ras berkalung yang disebut “tagged” atau “twilight” yang dicirikan memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata dan dianggap juga sebagai ras petarung (tentara bayaran). Adapun bunyi hukum tersebut yaitu, dilarang menyerang orang normal, patuhi perintah tuanmu dan lindungi dirimu sendiri yang mana dibuat oleh 4 keluarga yang memiliki pengaruh kuat di kota itu seperti Daniel Monroe (bisnis), Urano Corsica (senjata dan perdagangan), Loretta Cristiano Amodio (jalur perdagangan dan distribusi obat ‘celebrer’ bagi “twilight”) dan Gina Paulklee berperingkat S/5 (penyedia jasa “twilight”). hukum tersebut dianggap oleh tokoh utama yang juga seorang “twilight” difabel berpangkat A/0 yang sebetulnya B5, Nicolas Brown sebagai usaha sia-sia untuk mempertahankan ras “twilight”toh nyatanya mereka disiapkan untuk mati dalam tugas yang artinya pembantaian tidak langsung terhadap ras mereka. Akan tetapi, bagi Wallace Arcangelo (Worick) berusaha menetang argumen tersebut sejak awal bertemu Nicolas yang menjadi pengawalnya (22 tahun silam).

Pertemuan keduanya yang pada akhirnya cocok disebut sebagai sahabat bukan tuan-budak yang juga  diwarnai insiden berdarah-darah sebab Nicolas terpaksa membantai keluarga Worick karena telah menyiksa Worick. Meskipun keduanya luntang-luntung di kota dan menjadi kriminalis, mereka dapat bertahan hingga berusia 30 tahunan. Kini, keduanya bekerja sebagai “benriya” atau pekerja apa saja baik itu menjadi g*golo (Worick), pengantar barang, tukang bersih para kriminalis, tukang bangunan dan semacamnya. Tidak mengherankan, sejak awal episode sudah dipertontonkan aksi yang menegangkan sekaligus sadis dari keduanya.

Nampaknya, pembantaian ras “twilight” tak lagi bersifat tak tersirat, justru secara terang-terangan dan dilakukan oleh kelompok mereka sendiri (Esminet, anti-“twilight”) yang bisa jadi didalangi oleh salah satu atau dua dari 4 keluarga berpengaruh tersebut. Tentu hal tersebut ditakutkan oleh Worick di mana akan merusak keseimbangan. Pihak yang netral seperti Theo Sensei maupun Inspektur Chad tak mampu berbuat banyak kecuali mereka. Lantas, siapa sebetulnya yang berkhianat? Namun demikian, penulis agaknya lebih penasaran mempertanyakan mengapa seseorang tersebut terlahir sebagai seorang “twilight”? Sebab, menilik Nicolas yang dilahirkan dari ayah (normal, prajurit) dan ibu (maaf, pelacu*), kita tidak bisa menyimpulkan kenyataan tersebut dengan kebenaran yang sebenarnya. So, tidak ada salahnya menunggu kelanjutan cerita di manga yang semoga juga animenya bisa berlanjut. Jika tidak sabar, bisa dicari atau dibaca novelnya dengan judul yang sama tetapi dalam bahasa Jepang XP.

Referensi;
Kohske, Gangsta, directed by Shukō Murase (Shinchosha Quarterly Comic: Tokyo MX, 2015).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kakegurui

Drifters